A. Mengungkapan
Uraian topik
Dalam
pelajaran ini, anda diharapkan dapat mendta pokok-pokok asi artikel yang diperolehdari hasil membaca. Selain itu,
anda dapat diharapkan menyampaikan isi artikel dengan memperhatikan penggunaan
bahasa indonesia yang baik dan benar. Anda diharapkan dapat mengemukakan
hal-hal yang menarik dalam artikel yang telah dibaca dengan memberikan alasan
“dengan membaca, kita dapat merengkuh
didunia”. Begitulah ungkapan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Apa artinya kita memiliki pikiran, jika kita tidak menambah informasi kedalam
otak kita? Kegiatan membaca adalah upaya yang dapat membawa kita bertualang
kedal;am ilmu pengetahuan. Sudahkah anda menjadikan perpustakaan, tokoh buku,
atau atau taman bacaan sebagai rumah anda.
Membaca adalah aktivitas yang kompleks,
terutama datang dari luar faktor luar pembaca dan dalam pembaca sendiri. Untuk
memperlancar proses membaca,. Seorang pembaca harus memiliki modal pengetahuan
dan pengalaman; kemapuan memahami bahasa; kemampuan tekhnik membaca; serta tahu
tjuan membaca, sebetulnya kegiatan membaca identik dengan rasa kritis dan juga
mengingat. Kegiatan membaca merupaka proses usaha memasukkan informasi yang
ditangkap dari bacaan kedalam ingatan. Dalam hal ini, anda akan mengetahui
topik yang dibahas jika anda mampu membaca dengan baik baik suatu teks bacaan.
Untuk
melatih anda, bacalah teks berikut dengan baik
Perilaku Agresi pada Remaja
Oleh Zainun Mu’tadin, S. Psi., Msi.
Pada kalangan remaja, aksi yang
biasa dikenal sebagai tawuran massal merupakan hal yang terlalu sering kita
saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini
bahkan dilakukan oleh siswa-siswa ditingkat SMA. Ini sangatlah memprihatinkan
kita semua.
Hal yang terjadi pada saat
tawuran sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok.
Agresi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat
kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain.
Secara singkatnya, agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang
lain atau merusak milik orang lain.
Pertanyaanya kemudian adalah
faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku agresi tersebut?
Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dap[at
tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya nyawa manusia?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memahami
terlebih dahulu apa saja penyebab perilaku agresi tersebut.
1.
Amarah
marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang
biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau
mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju,
menghancurkan, atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang
kejam. Jika hal-hal tersebut disalurkan,
terjadilah perilaku agresi.
Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa pada
kenyataannya agresi adalah suatu respons terhadap marah. Kekecewaan, sakit
fisik, penghinaan atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing
agresi. Ejekan, hinaan, dan ancama n merupakan pancingan yang jitu terhadap
amarah yang akan mengarah pada agresi. Anak-anak dikota sering kali saling
mengejek pada saat bermain , begitu juga dengan remaja mereka mulai saling
megejek dengan ringan sebagai bahan tertawaan, kemudian yang diejek ikut
membahas ejekan tersebut. Lama-kelamaan, ejekan yang dilakukan semakin panjang
dan terus menerus dengan intensitas ketegangan yang semakin tinggi.
2. Faktor
Biologis
Ada beberapa faktor
perilaku yang mempengaruhi perilaku agresi.
a.
Gen
tampaknya berpengaruh terhadap pembentukan sistem neural otak yang mengatur
perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari
yang sulit sampai yang paling mudah dipancingi amarahnya. Faktor keturunan
tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah
marah dibandingkan betinanya.
b.
Seistem
otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat
sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana, marah dapat
dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang
menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik
antara kenikmatan dan kekejaman . orang yang berorientasi pada kenikmatan akan
melakukan sedikit agresi. Adapun orang yang tidak pernah mengalami kesenangan,
kegembiraan, atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan penghancuran
(agresi). Keinginan yang kuat untuk meghancurkan disebabkan oleh keridakmampuan
untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan oleh cedera otak karena kurang
rangsangan sewaktu bayi.
c.
Kimia
darah (hususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga
dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen, ilmuwan
menyuntingkan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain (testostero
merupakan hormon androgen utama yang memnerikan ciri kelamin jantan), maka
tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu
testosteron dikurangi hewan tersebut menjagi lembut. Adapun pada wanita yang
sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen dan
progresteron menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa
perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan.
3. Peran
Belajar Model Kekerasan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat
ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui
televisi dan juga games ataupun mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang
menampilkan adegan kekerasan hempir setiap saat dpat ditemui dalam tontonan
yang disajikan di televisi mulai dari film kartun, sinetron, sampai film laga.
Selain itu, ada pula acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahian
yang sangat populer dikalangan remaja.
Walaupun pembawa sering berulang-ulang
mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang mereka saksikan namun
diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap jiwa penontonnya.
Kegiatan menyaksikan perkelahian dan pembunuhan, meskipun sedikit, pasti akan
menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasa tersebut.
4. Frustasi
Frustasi terjadi jika seseorang
terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan,
pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespons
terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang
berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur; keuangan yang pas-pasan , dan
adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulut sekali tercapai.
Akibatnya, mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.
Begitupula tawuran pelajar yang terjadi
ada kemungkinan faktor frustasi ini memberi sumbangan yang cukup berarti pada
terjadinya peristiwa tersebut. Sebagai contoh, banyaknya anak-anak sekolah yang
bosan dengan waktu luang yang sangat banyak dengan cara nongkrong-nongkrong
dipinggir jalan dan ditambah lagi saling ejek-mengejek yang bermuara pada
terjadinya perkelahian. Banyak juga perkelahian disulut oleh karena frustasi
yang diakibatkan hampir setiap saat dipalak (diminta uangnya) oleh anka sekolah
lain padahal sebenarnya uang yang dipalak adalah untuk kebutuhan dirinya.
5. Proses
Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter
dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik,
dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin
seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan
orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas dan
inisiatif. Pada akhirnya, ia melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi pada
orang lain.
Hubungan dengan lingkungan sosial
bergantung pada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat
berbuat sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola
pendidiplinan tersebut dapat pula menimbulkan pemberontakan, terurtama jika
larangan-larangan yang bersanksi hukuman tidak diimbangi dengan cara lain yang
dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar. Contohnya, anak dilarang untuk keluar
main,, tetapi didalam rumah tidak diperhatikan oleh kedua orangtuanya karena
kesibuka mereka.
Dengan mengetahui faktor penyebab
seperti yang diharapkan, diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua,
pendidik, dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik
generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam
bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan
dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor penyebab lainnya yang belum kami bahas
disini. Akhirnya,kita setidaknya berharap faktor-faktor agresi patut
diwaspadai.
Setelah anda selesai membaca, hal-hal
apa saja yang anda tangkap dari bacaan tersebut? Anda dapat menemukan garis
besar pokok bacaaan dari setiap paragraf yang akan mengarahkan anda mengetahui
isi bacaan secara mendalam.
Adapun hal-hal yang terdapat dalam
bacaan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Pada
kalangan remaja aksi kekerasan biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/ tawuran
massal.
2.
Pada
saat tawuran terjadi, perilaku agresi dari seseorang individu atau kelompok
3.
Agresi
adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik
orang lain.
4.
Faktor-faktor
apa saja yang dapat menjadi pemicu perilkau agresi tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Amarah,
merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf yang
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat.
b.
Faktor
biologis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, yaitu:
-
Gen
yang berpengaruh pada pembentuka sistem neural otak yang mengatur perilaku;
-
Sistem
otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau manghambat
sirkuit neural yang mengendalikan agresi;
-
Kimia
darah yang dapat mempengaruhi perilaku agresi.
5.
Televisi
dan games berperan memberian pelajaran model kekerasan kepada anak-anak.
6.
Frustasi,
terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu dalam mencapai tujuan, kebutuhan,
keinginan, pengharapan, atau tindakan tertentu.
7.
Pendidikan
disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama yang dilakukan
dengan memberikan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja.
Seelah anda memahami
faktor-faktor penyebab sikap agresif tersebut, anda dapat mengemukakan hal-hal
yang menurut anda dianggap menarik menggunakan bahasa anda sendiri. Dalam hal
ini, proses kelancaran anda dalam menyampaikan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan dan pemahaman anda terhadap isi bacaan. Saat anda menemukan hal-hal
yang menarik dari bacaan tersebut, sebaiknya sertakan alasan, misalnya:
“hal menarik dari pokok-pokok
pikiran yang ada dalam bacaan tersebut menurut saya adalah faktor-faktor
penyebab agresi. Dalam dunia remaja, faktor-faktor penyebab tersebut rentan terjadi. Misalnya,
faktor pendidikan disiplin keras yang salah kaprah, justru menjadi pemicu
remaja untuk menjadi pemicu agresif. Hal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari . memang, mungkin maksud pendidikan disiplin demikian baik. Namun,
bukankah lebih baik jika aspek komunikasi dari hati ke hati lebih baik dikedepankan?
Perhatikanlah kalimat berikut yang
ada dalam teks bacaan tersebut.
Hubungan
dengan sosial lingkungan tergantung kekuasaan
dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak
hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk......
Seperti halnya ungkapan idiomatik sehubungan dengan atau terdiri atas, ungkapan idiomatik yang
benar bukanlah tergantung. dalam
konteks bacaan tersebut, harus digunakan bergantung
yang berpasangan dengan kata pada
sehingga menjadi bergantung pada.
Dengan demikian, perbaikannya sebagai berikut.
Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung
pada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat
sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. ....
1.
Bacalah
teks dari sebuah buku berikut dengan baik.
2.
Selama
membaca, cermatilah kalimat-kalimat yang menjadi bagian pokok dalam setiap
paragrafnya.
Prinsip
Pengertian Belajar
Pada prinsipnya, belajar itu
adalah perubahan. Dengan demikian, sebagai gambaran yang lebih jelas lagi,
berikut ini akan dikemukakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pengertian
belajar.
1. Belajar
Adalah Memperoleh Perubahan Tingkah Laku
Perubahan yang terjadi dalam diri
individu banyak sekali, baik sifatnya maupun jenisnya. Namun, sudah barang
tentu tidak setiap perubahan yang terjadi pada individu itu merupakan perubahan
dalam belajar. Kalau seorang individu jalannya menjadi pincang, karena patah
kaki, , perubahan itu (pincang) bukanlah perubahan dalam arti belajar. Selain
itu, perubahan-perubahan tingkah laku pada waktu mabuk, tidur, sakit,
perubahan-perubahn yang terjadi dalam aspek kematangan, pertumbuhan, atau
perkembangan tidak termasuk dalam pengertian perubahan belajar.
Jika demikian halnya, timbul pertanyaan:
apakah ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar itu?
Ciri-ciri perubahan dalam belajar,
antara lain adalah sebagai berikut.
a.
Perubahan
yang disadari. Artinya individu yang belajar; menyadari terjadinya perubahan
itu atau tidaknya individu merasakan terjinya suatu perubahan dalam dirinya.
Misalnya, individu menyadari bahwa pengetahuannya, keterampilannya, atau
sikapnya berubah/bertambah
b.
Perubahan
itu bersifat kontinyu dan fungsional. Artinya, perubahan itu merupakan
perubahan yang berlangsung terus menerus atau dinamis. Suatu perubahan yang
akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan bersifat fungsional, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi itu berguna bagi kehidupan individu dan bagi
proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seseorang anak menulis, perubahan
yang terjadi karena belajar ini antara lain, ia akan terampil menulis.
Keterampilan menulis ini akan berlangsung terus menerus hingga keterampilan
menulis itu menjadi lebih baik dan sempurna dan dapat memperoleh kecakapan
lainnya, misalnya menulis surat, menulis pelajaran, mengerjakan soal-soal
hitungan, dan sebagainya.
c.
Perubahan
yang bersifat positif dan aktif. Perubahan yang bersifat positif ialah
perubahan itu senantiasa bertambah dari perubahan hasil belajar yang telah
diperoleh sebelumnya. Juga perubahan itu tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya.
Semakin banyak usaha belajar dan
semakin banyak perubahan yang diperoleh dan makin baik. Perubahan bersifat
aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena
bukan usaha individu, itu tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.
d.
Perubahan
yang bukan bersifat momental dan bukan karena proses kematangan, per tumbuhan
dan perkembangan. Perubahan yang bersifat momental artinya , perubahan yang
terjadi sewaktu-waktu atau kebetulan. Misalnya, keluar air mata, bersin, keluar
keringat dan sebagainya. Sedangkan perubahan dalam proses kematangan atau
perkembangan terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari luar dan sengaja
e.
Perubahan
yang bukan karena pengaruh obat-obatan atau penyakit tertentu. Perubahan
tingkah laku karena alkohol misalnya, atau karena penyakit, mabuk, dan lain
sebagainya, tidak dapat dikatakan perubahan karena belajar. Hal ini sebab
perubahan tersebut selain tidak disadari, juga bersifat pasif, negatif, tidak
fungsiona, dan momental.
f.
Perubahan
yang bertujuan untuk terarah. Artinya, terjadi perubahan tersebut karena adanya
tujuan yang ingin dicapai. Jadi, perubahan belajar terarah kepada tujuan yang
jelas dan disadari.
2. Hasil
Belajar Ditandai dengan Perubahan Seluruh Aspek Tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu
setelah melalui proses belajar adalah perubahan dalam keseluruhan tingkah laku
secara integral. Jadi, tidak hanya pada satu aspek, misalnya aspek motorik atau
aspek kognitif. Jika seseorang individu itu telah balajar sesuatu dia akan
menjalani perubahan secara menyeluruh atau integral, baik sikapnya,
kebiasaannya, keterampilan maupun pengetahuannya. Meskipun demikian, tentu saja
ada salah satu aspek yang lebih dominan dari
aspek lainnya.
3. Belajar
Adalah suatu Proses
Belajar bukan suatu suatu tujuan atau benda, tetapi belajar
adalah suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Pengertian proses lebih
bersifat merupakan “cara” mencapai tujuan atau benda. Jadi, ini merupakan
langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Didalam proses belajar, setiap
kegiatan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi.
4. Proses
Belajar Terjadi karena Adanya Dorongan dan Tujuan yang Dicapai
Pengalaman merupakan salah satu bentuk
kegiatan individu. Setiap kegiatan individu akan terjadi jika ada faktor
pendorong, yaitu motif dan faktor tujuan yang ingin dicapai. Belajar terjadi
karena adanya kebutuhan dalam diri individu dan tertuju pada pencapaian
pemenuhan kebutuhan sebagai tujuan. Jadi, suatu proses belajar akan mencapai
hasil yang sebaik-baiknya jika ada dorongan yang besar dan tujuan yang jelas.
5. Belajar Merupakan Bentuk Pengalaman
Pengalaman diperoleh berkat interaksi
antara individu dan lingkungan. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan
keterampilan bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan disekitar tujuan
pelajar. Pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif membantu integrasi pribadi pelajar.
Sumber: Buku Pengantar Psikologi,
1992
3.
Jika
perlu, anda dapat kembali mencatat hal-hal penting yang ada dalam bacaan.
4.
Kemukakanlah
hasil membaca yang anda peroleh dengan menggunakan bahasa anda sendiri dihadapan
teman kelompok.
5.
Selama
teman kelompok anda mengungkapkan isi teks, lakukanlah penilaian dengan tabel
berikut.
0 komentar: