Selasa, 15 Januari 2013

mengungkapkan uraian topik, tugas mandiri bahasa indonesia


A.  Mengungkapan Uraian topik

Dalam pelajaran ini, anda diharapkan dapat mendta pokok-pokok asi artikel  yang diperolehdari hasil membaca. Selain itu, anda dapat diharapkan menyampaikan isi artikel dengan memperhatikan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Anda diharapkan dapat mengemukakan hal-hal yang menarik dalam artikel yang telah dibaca dengan memberikan alasan

    “dengan membaca, kita dapat merengkuh didunia”. Begitulah ungkapan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Apa artinya kita memiliki pikiran, jika kita tidak menambah informasi kedalam otak kita? Kegiatan membaca adalah upaya yang dapat membawa kita bertualang kedal;am ilmu pengetahuan. Sudahkah anda menjadikan perpustakaan, tokoh buku, atau atau taman bacaan sebagai rumah anda.
      Membaca adalah aktivitas yang kompleks, terutama datang dari luar faktor luar pembaca dan dalam pembaca sendiri. Untuk memperlancar proses membaca,. Seorang pembaca harus memiliki modal pengetahuan dan pengalaman; kemapuan memahami bahasa; kemampuan tekhnik membaca; serta tahu tjuan membaca, sebetulnya kegiatan membaca identik dengan rasa kritis dan juga mengingat. Kegiatan membaca merupaka proses usaha memasukkan informasi yang ditangkap dari bacaan kedalam ingatan. Dalam hal ini, anda akan mengetahui topik yang dibahas jika anda mampu membaca dengan baik baik suatu teks bacaan.
Untuk melatih anda, bacalah teks berikut dengan baik

Perilaku Agresi pada Remaja
Oleh Zainun Mu’tadin, S. Psi., Msi.
            Pada kalangan remaja, aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran massal merupakan hal yang terlalu sering kita saksikan, bahkan cenderung dianggap biasa. Pelaku-pelaku tindakan aksi ini bahkan dilakukan oleh siswa-siswa ditingkat SMA. Ini sangatlah memprihatinkan kita semua.
            Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok. Agresi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Secara singkatnya, agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
           Pertanyaanya kemudian adalah faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilaku agresi tersebut? Mengapa kasus-kasus sepele dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dap[at tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang berakibat hilangnya nyawa manusia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa saja penyebab perilaku agresi tersebut.
1.      Amarah
marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan, atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam.  Jika hal-hal tersebut disalurkan, terjadilah perilaku agresi.
            Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respons terhadap marah. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan, dan ancama n merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi. Anak-anak dikota sering kali saling mengejek pada saat bermain , begitu juga dengan remaja mereka mulai saling megejek dengan ringan sebagai bahan tertawaan, kemudian yang diejek ikut membahas ejekan tersebut. Lama-kelamaan, ejekan yang dilakukan semakin panjang dan terus menerus dengan intensitas ketegangan yang semakin tinggi.
2.      Faktor Biologis
Ada beberapa faktor perilaku yang mempengaruhi perilaku agresi.
a.       Gen tampaknya berpengaruh terhadap pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Dari penelitian yang dilakukan terhadap binatang, mulai dari yang sulit sampai yang paling mudah dipancingi amarahnya. Faktor keturunan tampaknya membuat hewan jantan yang berasal dari berbagai jenis lebih mudah marah dibandingkan betinanya.
b.      Seistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi. Pada hewan sederhana, marah dapat dihambat atau ditingkatkan dengan merangsang sistem limbik (daerah yang menimbulkan kenikmatan pada manusia) sehingga muncul hubungan timbal balik antara kenikmatan dan kekejaman . orang yang berorientasi pada kenikmatan akan melakukan sedikit agresi. Adapun orang yang tidak pernah mengalami kesenangan, kegembiraan, atau santai cenderung untuk melakukan kekejaman dan penghancuran (agresi). Keinginan yang kuat untuk meghancurkan disebabkan oleh keridakmampuan untuk menikmati sesuatu hal yang disebabkan oleh cedera otak karena kurang rangsangan sewaktu bayi.
c.       Kimia darah (hususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Dalam suatu eksperimen, ilmuwan menyuntingkan hormon testosteron pada tikus dan beberapa hewan lain (testostero merupakan hormon androgen utama yang memnerikan ciri kelamin jantan), maka tikus-tikus tersebut berkelahi semakin sering dan lebih kuat. Sewaktu testosteron dikurangi hewan tersebut menjagi lembut. Adapun pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen dan progresteron menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan.
3.      Peran Belajar Model Kekerasan
       Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui televisi dan juga games ataupun mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang menampilkan adegan kekerasan hempir setiap saat dpat ditemui dalam tontonan yang disajikan di televisi mulai dari film kartun, sinetron, sampai film laga. Selain itu, ada pula acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahian yang sangat populer dikalangan remaja.
        Walaupun pembawa sering berulang-ulang mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap jiwa penontonnya. Kegiatan menyaksikan perkelahian dan pembunuhan, meskipun sedikit, pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasa tersebut.


4.      Frustasi
        Frustasi terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan salah satu cara berespons terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur; keuangan yang pas-pasan , dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi sulut sekali tercapai. Akibatnya, mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.
        Begitupula tawuran pelajar yang terjadi ada kemungkinan faktor frustasi ini memberi sumbangan yang cukup berarti pada terjadinya peristiwa tersebut. Sebagai contoh, banyaknya anak-anak sekolah yang bosan dengan waktu luang yang sangat banyak dengan cara nongkrong-nongkrong dipinggir jalan dan ditambah lagi saling ejek-mengejek yang bermuara pada terjadinya perkelahian. Banyak juga perkelahian disulut oleh karena frustasi yang diakibatkan hampir setiap saat dipalak (diminta uangnya) oleh anka sekolah lain padahal sebenarnya uang yang dipalak adalah untuk kebutuhan dirinya.
5.      Proses Pendisiplinan yang Keliru
         Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas dan inisiatif. Pada akhirnya, ia melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi pada orang lain.
         Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Pola pendidiplinan tersebut dapat pula menimbulkan pemberontakan, terurtama jika larangan-larangan yang bersanksi hukuman tidak diimbangi dengan cara lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang mendasar. Contohnya, anak dilarang untuk keluar main,, tetapi didalam rumah tidak diperhatikan oleh kedua orangtuanya karena kesibuka mereka.
          Dengan mengetahui faktor penyebab seperti yang diharapkan, diharapkan dapat diambil manfaat bagi para orangtua, pendidik, dan terutama para remaja sendiri dalam berperilaku dan mendidik generasi berikutnya agar lebih baik sehingga aksi-aksi kekerasan baik dalam bentuk agresi verbal maupun agresi fisik dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Mungkin masih banyak faktor penyebab lainnya yang belum kami bahas disini. Akhirnya,kita setidaknya berharap faktor-faktor agresi patut diwaspadai.

       Setelah anda selesai membaca, hal-hal apa saja yang anda tangkap dari bacaan tersebut? Anda dapat menemukan garis besar pokok bacaaan dari setiap paragraf yang akan mengarahkan anda mengetahui isi bacaan secara mendalam.
       Adapun hal-hal yang terdapat dalam bacaan tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Pada kalangan remaja aksi kekerasan biasa dikenal sebagai tawuran pelajar/ tawuran massal.
2.      Pada saat tawuran terjadi, perilaku agresi dari seseorang individu atau kelompok
3.      Agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
4.      Faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi pemicu perilkau agresi tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Amarah, merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf yang parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat.
b.      Faktor biologis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresi, yaitu:
-          Gen yang berpengaruh pada pembentuka sistem neural otak yang mengatur perilaku;
-          Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat memperkuat atau manghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi;
-          Kimia darah yang dapat mempengaruhi perilaku agresi.
5.      Televisi dan games berperan memberian pelajaran model kekerasan kepada anak-anak.
6.      Frustasi, terjadi jika seseorang terhalang oleh sesuatu dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan tertentu.
7.      Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama yang dilakukan dengan memberikan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja.

              Seelah anda memahami faktor-faktor penyebab sikap agresif tersebut, anda dapat mengemukakan hal-hal yang menurut anda dianggap menarik menggunakan bahasa anda sendiri. Dalam hal ini, proses kelancaran anda dalam menyampaikan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman anda terhadap isi bacaan. Saat anda menemukan hal-hal yang menarik dari bacaan tersebut, sebaiknya sertakan alasan, misalnya:

             “hal menarik dari pokok-pokok pikiran yang ada dalam bacaan tersebut menurut saya adalah faktor-faktor penyebab agresi. Dalam dunia remaja, faktor-faktor  penyebab tersebut rentan terjadi. Misalnya, faktor pendidikan disiplin keras yang salah kaprah, justru menjadi pemicu remaja untuk menjadi pemicu agresif. Hal ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari . memang, mungkin maksud pendidikan disiplin demikian baik. Namun, bukankah lebih baik jika aspek komunikasi dari hati ke hati lebih baik dikedepankan?

Kaidah Bahasa
 



            Perhatikanlah kalimat berikut yang ada dalam teks bacaan tersebut.
Hubungan dengan sosial lingkungan tergantung kekuasaan  dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk......
          Seperti halnya ungkapan idiomatik sehubungan dengan atau terdiri atas, ungkapan idiomatik yang benar bukanlah tergantung. dalam konteks bacaan tersebut, harus digunakan bergantung yang berpasangan dengan kata pada sehingga menjadi bergantung pada. Dengan demikian, perbaikannya sebagai berikut.
           Hubungan dengan lingkungan sosial bergantung pada kekuasaan dan ketakutan. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Adapun yang tidak berkuasa menjadi tunduk. ....
Uji Materi
 



1.      Bacalah teks dari sebuah buku berikut dengan baik.
2.      Selama membaca, cermatilah kalimat-kalimat yang menjadi bagian pokok dalam setiap paragrafnya.

Prinsip Pengertian Belajar

Pada prinsipnya, belajar itu adalah perubahan. Dengan demikian, sebagai gambaran yang lebih jelas lagi, berikut ini akan dikemukakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pengertian belajar.
1.      Belajar Adalah Memperoleh Perubahan Tingkah Laku
        Perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali, baik sifatnya maupun jenisnya. Namun, sudah barang tentu tidak setiap perubahan yang terjadi pada individu itu merupakan perubahan dalam belajar. Kalau seorang individu jalannya menjadi pincang, karena patah kaki, , perubahan itu (pincang) bukanlah perubahan dalam arti belajar. Selain itu, perubahan-perubahan tingkah laku pada waktu mabuk, tidur, sakit, perubahan-perubahn yang terjadi dalam aspek kematangan, pertumbuhan, atau perkembangan tidak termasuk dalam pengertian perubahan belajar.
       Jika demikian halnya, timbul pertanyaan: apakah ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar itu?
       Ciri-ciri perubahan dalam belajar, antara lain adalah sebagai berikut.
a.       Perubahan yang disadari. Artinya individu yang belajar; menyadari terjadinya perubahan itu atau tidaknya individu merasakan terjinya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, individu menyadari bahwa pengetahuannya, keterampilannya, atau sikapnya berubah/bertambah
b.      Perubahan itu bersifat kontinyu dan fungsional. Artinya, perubahan itu merupakan perubahan yang berlangsung terus menerus atau dinamis. Suatu perubahan yang akan menyebabkan perubahan yang berikutnya dan bersifat fungsional, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi itu berguna bagi kehidupan individu dan bagi proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seseorang anak menulis, perubahan yang terjadi karena belajar ini antara lain, ia akan terampil menulis. Keterampilan menulis ini akan berlangsung terus menerus hingga keterampilan menulis itu menjadi lebih baik dan sempurna dan dapat memperoleh kecakapan lainnya, misalnya menulis surat, menulis pelajaran, mengerjakan soal-soal hitungan, dan sebagainya.
c.       Perubahan yang bersifat positif dan aktif. Perubahan yang bersifat positif ialah perubahan itu senantiasa bertambah dari perubahan hasil belajar yang telah diperoleh sebelumnya. Juga perubahan itu tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. 
               Semakin banyak usaha belajar dan semakin banyak perubahan yang diperoleh dan makin baik. Perubahan bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena bukan usaha individu, itu tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.
d.      Perubahan yang bukan bersifat momental dan bukan karena proses kematangan, per tumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang bersifat momental artinya , perubahan yang terjadi sewaktu-waktu atau kebetulan. Misalnya, keluar air mata, bersin, keluar keringat dan sebagainya. Sedangkan perubahan dalam proses kematangan atau perkembangan terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari luar dan sengaja
e.       Perubahan yang bukan karena pengaruh obat-obatan atau penyakit tertentu. Perubahan tingkah laku karena alkohol misalnya, atau karena penyakit, mabuk, dan lain sebagainya, tidak dapat dikatakan perubahan karena belajar. Hal ini sebab perubahan tersebut selain tidak disadari, juga bersifat pasif, negatif, tidak fungsiona, dan momental.
f.       Perubahan yang bertujuan untuk terarah. Artinya, terjadi perubahan tersebut karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Jadi, perubahan belajar terarah kepada tujuan yang jelas dan disadari.
2.      Hasil Belajar Ditandai dengan Perubahan Seluruh Aspek Tingkah laku
       Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar adalah perubahan dalam keseluruhan tingkah laku secara integral. Jadi, tidak hanya pada satu aspek, misalnya aspek motorik atau aspek kognitif. Jika seseorang individu itu telah balajar sesuatu dia akan menjalani perubahan secara menyeluruh atau integral, baik sikapnya, kebiasaannya, keterampilan maupun pengetahuannya. Meskipun demikian, tentu saja ada salah satu aspek yang lebih dominan  dari aspek lainnya.
3.      Belajar Adalah suatu Proses
       Belajar bukan suatu  suatu tujuan atau benda, tetapi belajar adalah suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Pengertian proses lebih bersifat merupakan “cara” mencapai tujuan atau benda. Jadi, ini merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Didalam proses belajar, setiap kegiatan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi.
4.      Proses Belajar Terjadi karena Adanya Dorongan dan Tujuan yang Dicapai
       Pengalaman merupakan salah satu bentuk kegiatan individu. Setiap kegiatan individu akan terjadi jika ada faktor pendorong, yaitu motif dan faktor tujuan yang ingin dicapai. Belajar terjadi karena adanya kebutuhan dalam diri individu dan tertuju pada pencapaian pemenuhan kebutuhan sebagai tujuan. Jadi, suatu proses belajar akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya jika ada dorongan yang besar dan tujuan yang jelas.
5.       Belajar Merupakan Bentuk Pengalaman
       Pengalaman diperoleh berkat interaksi antara individu dan lingkungan. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan disekitar tujuan pelajar. Pengalaman pendidikan bersifat kontinyu dan interaktif  membantu integrasi pribadi pelajar.

                                                              Sumber: Buku Pengantar Psikologi, 1992


3.      Jika perlu, anda dapat kembali mencatat hal-hal penting yang ada dalam bacaan.
4.      Kemukakanlah hasil membaca yang anda peroleh dengan menggunakan bahasa anda sendiri dihadapan teman kelompok.
5.      Selama teman kelompok anda mengungkapkan isi teks, lakukanlah penilaian dengan tabel berikut.   






0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.
Blogger Template by Clairvo